Skip to main content

Mining Pool Untuk Penambang Kecil


Hal pertama yang perlu kita ketahui adalah bahwa dalam pertambangan Bitcoin dilakukan dengan proses random (acak). Penambang tidak akan pernah bisa tahu, kapan dirinya akan bisa menemukan blok berikutnya. Jika penambang tidak bisa menemukan blok berikutnya, maka penambang pun tidak mendapat apa-apa.

Jika seorang penambang melihat pada distribusi blok, dan ingin melihat berapa blok yang ingin dan bisa ditemukan di tahun pertama, maka akan ada varian yang tinggi. Sementara jumlah blok yang mungkin bisa ditemukan juga rendah. Sehingga, jika kita membayangkan sebagai seorang penambang kecil menjadi tidak punya banyak pilihan yang tersedia.

Tentang Mining Pool

Berawal dari banyaknya kesulitan yang dihadapi oleh para penambang kecil, sekaligus dengan beragam resiko yang dihadapi, lalu banyak diantara mereka yang kemudian saling bekerja sama untuk meringankan resiko tersebut.

Awalnya sebuah mining pool terbentuk karena pola kerjasama tersebut. Sehingga sekelompok penambang bergabung bersama dan membentuk sebuah pool yang berfungsi untuk bisa melakukan penambangan Bitcoin secara bersama-sama. Dengan menentukan satu penerima coinbase yang telah ditunjuk sebelumnya. Penerima itu, disebut dengan istilah Pool Manager.

Jadi, dengan penambangan secara bersama ini, tidak perduli siapa yang menemukan sebuah blok, manager pool itulah yang nantinya akan menerima imbalan reward blok. Selanjutnya dari hasil yang diterima oleh manager pool atas reward block yang ditemukan, akan didistribusikan kepada masing-masing peserta. Dan pool tersebut, mungkin memotong beberapa dari jumlah itu sebagai fee untuk layanan pool yang dipakai masing-masing penambang.

Asumsinya ketika seorang penambang bergabung ke dalam pool mining, maka penambang juga mempercayai manager pool mining tersebut. Sehingga dengan pola pool mining, para penambang kecil pun menjadi mempunyai peluang untuk tetap bisa melakukan pertambangan Bitcoin.

Yang menjadi pertanyaan, adalah:

1. Bagaimana manager pool tersebut mengetahui secara pasti jumlah daya komputasi masing-masing penambang?.

2. Berapa banyak yang telah dihasilkan oleh masing-masing penambangnya?.

3. Bagaimana manager pool tersebut bisa membagi pendapatan tersebut secara sepadan di tiap-tiap penambang?

Untuk beberapa pertanyaan diatas, ada solusi yang bisa menjawabnya.

A. Saham Pertambangan

Penambang, bisa membuktikan berapa banyak peran yang telah dikontribusikan didalam pool saat melakukan penambangan dengan menghitung hasil output saham, atau blok valid terdekat. Mari kita perjelas tentang hal ini.

Misalkan target adalah sebuah angka yang diawali dengan 67 angka nol. Hash sebuah blok haruslah dibawah angka dari target agar blok itu menjadi blok yang valid. Di dalam mencari sebuah blok tersebut, penambang akan mencari hash blok dengan banyak angka nol di depan, namun tidak sampai berjumlah 67, karena target harus dibawahnya. Penambang bisa memulai untuk mencari blok valid yang terdekat untuk membuktikan bahwa mereka memang telah bekerja dalam pencarian tersebut. Sedangkan sebuah saham mungkin akan membutuhkan pembagian sekitar 40 atau 50 angka nol. Itupun tergantung pada penambang di pool.

Sementara, penambang pun akan terus mencari blok baru dengan hash blok yang berada di bawah target. Di dalam proses pencarian itu, mungkin mereka akan menemukan blok lain yang hash bloknya berisi angka nol lebih sedikit. Namun masih cukup sulit untuk bisa membuktikan bahwa mereka telah benar-benar bekerja.

Manager pool menjalankan node bitcoin atas nama peserta. Lalu mengumpulkan transaksi dan merakitnya kedalam blok. Manager pool juga menyertakan alamat mereka dalam transaksi coinbase dan mengirimkan untuk semua peserta yang tergabung di pool. Untuk membuktikan bahwa semua peserta telah bekerja, mereka mengirimkan saham. Saat anggota di pool menemukan blok yang valid, peserta tersebut mengirimkan ke manager pool.

Dalam hal ini, peserta yang telah menemukan blok baru tersebut tidak diberikan bonus khusus. Sehingga jika penambang lain melakukan lebih banyak pekerjaan dari penambang lain di pool, maka penambang itu akan dibayar lebih. Meskipun penambang itu bukanlah yang menemukan blok baru dan valid tadi.

B. Reward Menambang

Misalkan dalam pool mining ada tiga peserta yang sama-sama mengerjakan di blok yang sama. Ketiganya diberikan reward yang sepadan dengan jumlah pekerjaan yang telah dilakukan masing-masing dari ketiga perserta tersebut. Meskipun salah satu peserta tersebut menemukan blok yang valid. Salah satu penambang dibayar karena telah melakukan banyak pekerjaan. Dan biasanya juga tidak ada bonus khusus bagi yang berhasil menemukan blok yang valid.

Ada sedikit opsi yang bisa dilakukan oleh manager pool dalam mengkalkulasi berapa besar reward yang diberikan kepada peserta berdasarkan saham yang mereka kirimkan. Secara umum, kita akan mempunyai dua pilihan yang sederhana.

C. Pay Per Share

Pada model yang ini, manager pool akan membayar peserta secara flat pada tiap kali mengirimkan saham atas kesulitan tertentu yang telah dikerjakan pada sebuah blok. Sehingga para penambang dapat mengirim saham mereka kepada manager pool dan langsung dibayar tanpa menunggu pool untuk menemukan sebuah blok.

Dalam beberapa hal, model pay per share ini merupakan model terbaik untuk para penambang sebagai peserta di dalam pool mining. Sehingga para penambang akan dijamin atas uang yang bisa didapat setiap kali peserta menemukan saham dari hasil pekerjaannya. Sementara manager pool akan menyerap semua resiko yang ada untuk membayar imbalan tersebut, bahkan jika blok tidak ditemukan.

Oleh karena itu, sebagai akibat atas resiko tadi, pada model pay to share, pool mining akan mengenakan biaya yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan model lainnya. Sedangkan masalah yang mungkin bisa timbul pada model ini, para penambang tidak sepenuhnya memiliki insentif untuk mengirim blok yang valid.

Artinya, peserta di pool bisa membuang blok valid yang ditemukan, tapi masih harus membayar imbalan yang sama, dan hal ini bisa merugikan bagi pool mining. Potensinya, manager pool yang kurang bisa dipercaya bisa saja menyerang pool untuk bersaing, dan mencoba mengusir peserta keluar dari bisnis pool ini.

D. Proporsional

Dalam model proporsional, tidak membayar peserta secara flat per saham. Jumlah pembayaran yang diterima peserta bergantung pada apakah pool telah menemukan blok yang valid. Jika pool berhasil menemukan blok yang valid, maka hasilnya baru akan didistribusikan kepada anggota, sebanding dengan seberapa banyak pekerjaan yang telah benar-benar dilakukan.

Pada model proporsional, para penambang kadang masih menanggung resiko yang dialami pool mining secara umum. Namun jika pool cukup besar dan banyak para penambangnya, maka varian beberapa sering pool bisa menemukan blok akan cukup rendah, sehingga resiko juga menjadi rendah bagi manager pool. Karena mereka hanya membayar ketika berhasil menemukan blok yang valid saja.

Model proporsional juga akan mengalami masalah seperti halnya di pola pay per share. Insentif penambang untuk mengirim blok valid yang ditemukan, akan memicu pendapatannya. Sehingga dalam model ini, manager pool akan bekerja lebih banyak untuk memverifikasi, mengkalkulasi, dan mendistribusikan upahnya. Selain dua model umum yang ada di pool ada sebuah pola lainnya, yakni pool hopping.

E. Pool Hopping

Para penambang mungkin bisa saling berpindah tempat pool di waktu yang berbeda. Katakanlah bahwa pool seara proporsional bisa efektif untuk membayar jumlah per saham jika sebuah blok berhasil ditemukan dalam waktu yang cepat. Lalu akan membayar hasil dari reward bloknya, tidak harus peduli berapa lama blok selanjutnya akan bisa ditemukan.

Sementara, seorang penambang yang pintar, mungkin akan mencoba pertambangan pool proporsional ini di awal siklus sebelum blok bisa ditemukan. Sedangkan imbalan sahamnya relatif tinggi untuk beralih (hop) kepada pool pay per share di siklus selanjutnya. Ketika imbalan yang diharapkan dari pertambangan pool proporsional relatif lebh rendah.

Akhirnya, pool yang menjalankan pola proporsional tidak sepenuhnya bisa berjalan praktis. Pada skema yang lebih rumit seperti pool dengan pay per share, sejumlah saham baru dikirimkan. Ini sifatnya cukup umum, namun pada hal ini, dalam pool ini peserta juga akan sering saling berpindah. Sehingga menjadikan skema pool menjadi rentan atas berbagai jenis manipulasi.

Mulai ada Standarisasi

Mining pool pertama kali muncul pada era pertambangan GPU di tahun 2010. Lalu menjadi cukup populer karena alasan yang jelas. Menurunkan varian para penambang agar bisa berpartisipasi. Namun saat ini telah menjadi cukup canggih. Ada banyak protokol pool mining yang dijalankan. Bahkan menyarankan protokol pool ini bisa di standarkan menjadi bagian dari Bitcoin. Sama halnya dengan protokol Bitcoin untuk menjalankan jaringan peer-to-peer.

Protokol pool mining memberikan API untuk bisa berkomunikasi antara manager pool dengan para peserta. Manager pool bisa mengirim pesan kepada semua peserta terkait rincian blok yang sedang dikerjakan. Lalu para penambang mengirim pesan kembali terkait saham yang ditemukannya.

Getblcoktemplate (GBT) telah secara resmi dibakukan sebagai Proposal Bitcoin Improvement (BIP). Lalu kemudian ada protokol lain yang bersaing, yang disebut dengan Stratum. Protokol ini, kini telah lebih populer dalam pelaksanaannya. Dan telah diusulkan juga dalam BIP, namun berbeda dengan protokol Bitcoin itu sendiri. Terutama terkait dengan sedikit ketidaknyamanan di beberapa pool. Setiap poool mining hanya dapat memilih protokol mana yang mereka sukai, dan pasar sendiri yang meneentukan.

Sedangkan di beberapa hardware pertambangan, bahkan juga telah mendukung protokol ini. Sehingga akan membatasi fleksibilitasnya. Namun dengan hal ini juga akan membuat menjadi lebih sederhana bagi seorang penambang, saat mulai membeli hardware tersebut, dan bisa dengan mudah bergabung di pool mining. Hanya tinggal mengkoneksikan perangkat, mulai untuk mengkoneksikan ke pool dan langsung bisa memulai pertambangan.

51% Mining Pool

Di awal tahun 2015 sebagian besar dari semua penambang mulai banyak yang melakukan pertambangan di pool mining. Sehingga para penambang yang melakukan solo mining semakin sedikit. Di bulan Juni 2014, salah satu pool mining besar, Ghash.io, memiliki hampir 50% kapasitas di jaringan Bitcoin. Karena Ghash berusaha memberikan penawaran menggiurkan kepada para penambang yang ingin bergabung di dalamnya,

Hal ini pun lalu menimbulkan ketakutan, karena akan berpotensi penguasaan jaringan, dan mulai timbul adanya reaksi terhadap Ghash. Lalu di bulan Agustus 2014, bursa saham Ghash langsung berhenti menerima peserta baru. Namun tetap, dua pertambangannya menguasai sekitar setengah dari kekuatan di dalam jaringan.

Berlanjut di bulan April 2015, situasi mulai terlihat sedikit berbeda, dan dominasi mulai sedikit pudar. Ketika pool mining bisa mengakuisisi 51 persen di jaringan akan menjadi perhatian khusus. Sementara pubisitas atas masalah Ghash menjadi pool mining berusaha untuk menghindari masalah. Agar tidak ada hal serupa terjadi.

Kini, para penambang dan pool telah berhasil memasuki bursa Bitcoin dan protokol pool juga telah meningkatkan kemudahan peserta untuk lebih mudah beralih antar pool lainnya. Sehingga pool mining telah menjadi dinamis. Namun akan tetap harus mendapat perhatian dalam perkembangan jangka panjangnya.

Keuntungan Dan Kekurangan Pool Mining

Perlu diketahui pool mining mungkin akan bersembunyi atas daya pertambangan yang sesungguhnya mereka miliki. Sejumlah organ pertambangan besar mungkin akan berpartisipasi di beberapa mining pool untuk menyembunyikan ukuran mereka yang sesungguhnya. Dan di dalam Bitcoin hal ini disebut dengan istilah mining laundering hashes (pencucian hash).

Sampai disini, apakah pool mining adalah hal yang bagus? Keuntungan dengan adanya pool mining adalah karena pertambangan akan bisa lebih mudah dijalankan. Termasuk dengan terbukanya kesempatan bagi penambang kecil untuk bisa berpartisipasi dan terlibat dalam pertambangan Bitcoin.

Tanpa adanya pool mining, penambang kecil akan semakin sulit melakukan pertambangan. Keuntungan lainnya dari pool mining adalah karena ada satu pusat manager pool yang berada di jaringan pool. Manager bertugas untuk perakitan blok dan juga memudahkan untuk mengupgrade jaringan mereka. Seperti mengupgrade software pertambangan pool nya. Dengan begitu, semua peserta didalamnya bisa memperbarui perangkat lunak yang digunakan.

Sementara kerugian utama dari adanya pool mining, tentu saja akan bisa berpotensi sebagai bentuk sentralisasi. Dan ini menjadi sebuah pertanyaan besar, terkait dengan seberapa besar daya komputasi yang dimiliki oleh operator pool mining besar tersebut. Seperti yang pernah terjadi di Ghash.io. Meski penambang bisa bebas untuk meninggalkan pool dan beralih ke pool lain, namun masih belum jelas dan bisa dikalkulasikan seberapa sering penambang melakukan itu.

Kelemahan lainnya, dengan adanya pool mining ini, akan menurunkan populasi penambang yang benar-benar menjalankan full node. Karena sebelumnya, semua penambang, baik penambang besar ataupun kecil, mereka menjalankan sendiri simpul node mereka untuk memvalidasi. Dan mereka juga harus menyimpan seluruh rantai blok, dan memvalidasi setiap transaksi.

Sekarang, sebagian penambang telah jarang melakukan hal itu, karena telah mempercayakan tugas itu kepada pool manager. Dan penurunan tingkat penambang yang menjalankan full node, akan berdampak besar bagi sistem Bitcoin. Terlebih, jika sampai ada sentralisasi di dalam jaringan Bitcoin.

Comments

Popular posts from this blog

Evolusi Pertambangan Bitcoin

Di dalam pertambangan Bitcoin telah terjadi evolusi yang sangat lambat. Mulai dari pertambangan dengan CPU, beralih ke GPU, lalu kepada FPGA, dan sampai sekarang telah didominasi oleh ASIC. Sama seperti yang terjadi pada evolusi dalam pertambangan emas. Di dalam evolusi pertambangan emas, dimulai dengan pertambangan individu-individu yang menggunakan panci untuk mendulang emas. Beralih kemudian menggunakan kotak-kotak yang menggunakan pintu air, dan dilanjutkan dengan menggunakan peledak di lereng-lereng bukit oleh kelompok-kelompok penambang emas. Hingga kemudian mulai terjadi penambangan emas modern yang melakukan penambangan raksasa dan telah membuat lubang besar di muka bumi. Berdasarkan dua evolusi pertambangan tersebut, ada penurunan peran secara individu yang sama-sama menurun dari waktu ke waktu. Beralih pada dominasi perusahaan besar untuk mengeruk keuntungan secara lebih besar. Namun, ada pola lain yang menunjukkan sebagian besar keuntungan tersebut di dapat dari piha

Penambang Bitcoin

Pertambangan Bitcoin yang sebenarnya, adalah sebuah kegiatan menambang menggunakan perangkat tertentu. Prosesnya melalui memecahkan serangkaian persoalan matematis (puzzle) berdasarkan tingkat kesulitan tertentu. Nah kegiatan inilah yang disebut dengan "Menambang" atau istilah kerennya adalah "Bitcoin Mining". Jadi jelasnya, bahwa jika seseorang menambang Bitcoin, artinya orang tersebut menggunakan perangkat pertambangan. Bisa menggunakan CPU, GPU, FPGA, maupun ASIC. Penjelasan tentang perangkat ini akan dibahas di bagian selanjutnya. Pelaku pertambangan, disebut dengan istilah "penambang", atau bahasa kerennya adalah "Miner". Nah, kadang kala, kita juga masih menyisakan pertanyaan, apa sebenarnya yang dilakukan oleh Penambang Bitcoin ini? Mari kita membahasnya. Proses pertambangan Bitcoin mirip seperti halnya dengan pertambangan logam mulia seperti emas. Hanya saja perbedaannya, kalau Bitcoin pertambangannya dilakukan secara digital un

Anonymous Dalam Rantai Blok Pertambangan Bitcoin

Pada artikel ini kita akan membahas tentang konsensus "Anonymous Dalam Rantai Blok Pertambangan Bitcoin", yang mana pada bagian pembahasan kali ini akan melihat detail teknis algoritma konsensus Bitcoin. Perlu diingat kembali bahwa node Bitcoin tidak memiliki identitas secara jangka panjang dan tetap. Salah satu alasannya kurangnya identitas ini adalah karena sistem Bitcoin menggunakan jaringan peer-to-peer. Sehingga tidak ada otoritas pusat untuk menetapkan identitas pengguna. Dan kemudian memverifikasi node. Istilah akan hal ini disebut dengan Sybil attack. Sybil berupa salinan node yang berpotensi merusak, dan membuatnya seperti ada banyak pengguna yang berbeda. Padahal sebenarnya semua "pseudo" pengguna yang nampak berbeda tersebut dikendalikan oleh orang yang sama. Disisi lain, pembentukan nama samaran sebagai identitas ini sebenarnya juga menjadi tujuan utama dalam sistem Bitcoin. Bahkan jika memungkinkan untuk membangun identitas bagi semua node, tentu